Jumat, 09 Desember 2011

BEGITU BESARNYA KASIH YESUS BAGIKU

Dipenghujung Tahun 2011 telah terasa begitu beban berat itu terlintas, masa pelayanan yang kami jalani telah menginjak tahun yang ke 13, betapa pilu rasanya ketika mengingat dari hari-hari datang kepada bulan dan bahkan Tahun-tahun yang berat untuk di pikul. Namun Tuhan Yesus ku tidak pernah meninggalkan aku sendirian dan menjadikan piyatu, selalu ada pertolongan dan pertolongan yang selalu datang tepat pada waktu aku butuhkan.
Mari Tuhan jangan tinggalkan aku ... terus beri hamba-MU ini kemurahan, berkat dan kasih sayang selalu..
di Hari Natal ini 2011, biar Engkau dapati aq tetap setia...


SELAMAT HARI NATAL SAHABAT, TERUSKAN PERJUANGANMU...BAGI YESUS..
DAN
SONGSONGLAH TAHUN BARU 2012 DENGAN SEMANGAT YANG LEBIH KERAS..

HALELUYA...HALELUYA...GLORY...HALELUYA...

Rabu, 07 Desember 2011

KESELAMATAN


PENDAHULUAN
Ada berbagai banyak pemikiran tentang “Keselamatan” yang telah menjadi topik hangat dalam berbagai literatur rohani kristen, namun mari kita mencoba menelaah apa yang di tulis oleh seorang rasul yang tidak kalah populernya di banding rasul Paulus yang juga amat populer dan fenomenal sampai saat ini, kajian-kajian yang di sajikan dalam surat 1 dan 2 Petrus ini. Sekalipun hanya cukup singkat isi surat-surat ini namun cukup luas cakupanya dan cukup relevan kalau di sajikan untuk menjadi gambaran yang jelas pada kekristenan saat ini.
a.Latar belakang.
Kata Ibrani יְשׁוּעָה - YESYUAH dan kata Yunani σωτηρία – SOTERIA, berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran[1]. Pergeseran arti 'keselamatan' dalam Alkitab bergerak dari ihwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian paling depan Perjanjian Lama (PL) berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka, ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur; bagian-bagian paling akhir PL memberikan tekanan yg lebih besar pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moral dan religius, dan memperluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan. Perjanjian Baru (PB) dengan jelas menunjukkan keterbudakan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yg hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yg makin lama makin jelas tentang bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diriNya adalah satu-satunya keselamatan manusia.
Surat 1,2 Petrus
Penulis          : Petrus
Tema             : Menderita Bagi Kristu dan  Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68
Tujuan Penulisan : surat ini ditujukan oleh rasul Petrus kepada orang kristen yang
                                menderita.
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai
penulis surat ini;[2] kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini
merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis
kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya
yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum
mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian
wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis
surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di
Roma (2Pet 1:13-15).

Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa
persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan
perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus
bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata,
penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan
dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika
menerima kedua surat itu.

(1) Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan
    serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan
    serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan
    kebenaran gereja.
(2) Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya
    dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis
    suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada
    ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai
    bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang
    tidak sepandai Silas.


b. Kajian Teologia Keselamatan menurut Surat Petrus.
v  1 Petrus menekankan hal yang sama dengan Ibrani mengenai mahalnya keselamatan (1 Petrus 1:19) yang dicari-cari dan dinubuatkan para nabi. Keselamatan kita bukan oleh perak dan emas, namun telah dibeli dengan darah Yesus yang mahal di atas Salib Keji Golgota. Yesus adalah sumber kehidupan orang percaya, Dia adalah Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1Ptr. 1:19). Istilah penebusan umumnya digunakan dalam membeli budak, namun perak dan emas tidak bisa membeli keselamatan. Harga untuk penebusan manusia dari perbudakan dosa (Titus 3:3) adalah darah Yesus yang mahal (band. Ibr. 9:14). Darah Yesus adalah harga yang mahal untuk penebusan orang percaya.
Tapi kini sudah menjadi realitas bagi mereka, yang bagaikan domba yang sesat telah kembali kepada Gembala jiwanya (1 Petrus 2:24 dab). Segi keakanannya dapat dikenal oleh mereka 'yang dipelihara ... kepada keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan'(1Petrus1:5).
Bahkan dalam 1Petrus 1: 3-12  Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,  untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.  Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.  Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.  Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.  Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal
yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Bahwasanya keselamatan orang percaya Yesus Kristus, adalah karena Iman percaya mereka yang sungguh-sungguh yang akan memberikan Keselamatan Kekal untuk selamanya, baik di bumi sampai masuk kedalam Sorga.[3]
Sementar rasul Petrus memandang kekayaan keselamatan yang di nikmaati oleh orang beriman, adalah bersumber dari “RahmatNya yang besar”  dan hasilnya diharapkan adalah suatu ”hidup yang penuh harapan” untuk mendapat  “bagian yang tidak dapat..”[4] jadi dengan demikian bahwa oleh Rahmat Yesus Kristus kita di selamatkan dari penghukuman dan kutuk dosa, yang membawa kebinasaan yang kekal yang semestinyakita tanggung.

v  Dalam 2 Petrus keselamatan mencakup luput dari kerusakan yg ada dan terjadi di dunia ini melalui nafsu, dengan cara turut mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4). Dalam dunia yang penuh dosa ini, orang percaya merindukan langit baru dan bumi baru di mana bersemi keadilan, namun mengakui bahwa penundaan kedatangan akhir zaman (parausia) terkait pada kesabaran Tuhan dan penundaan itu sendiri merupakan salah satu segi keselamatan (2 Petrus 3:13,15) Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.
(2 Petrus 1: 5-7) Petrus mendorong orang-orang yang baru percaya tersebut untuk maju terus selangkah demi selangkah di dalam kasih karunia ilahi.[5] Dia menyuruh mereka untuk bersungguh-sungguh di dalam menapaki jalan kasih karunia itu. Menambahkan kepada imanmu kebajikan. "Di dalam imanmu berikan keunggulan kristiani yang pokok secara cukup." Keunggulan ini ialah sifat seseorang yang dengan rajin melaksanakan tuntutan dan maksud pokok dari panggilannya. Pada kebajikan orang Kristen didorong untuk menambahkan pengetahuan. Yang dimaksudkan ialah peningkatan kesadaran yang diperoleh melalui studi dan pengalaman. Sesudah itu hendaknya ditambahkan penguasaan diri. Ini adalah disiplin yang dibantu oleh Roh yang harus dimiliki laskar Kristen. Kemudian hendaknya ditambahkan ketekunan, yaitu kemampuan seorang prajurit veteran untuk dapat melihat di balik tekanan-tekanan yang ada berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Pada ketekunan seorang Kristen hendaknya menambahkan kesalehan (Yunani, eusebeia), sikap menghormat dan tunduk kepada Allah di dalam segala hal. Pada kesalehan Petrus menambahkan kasih akan saudara-saudara (Yunani. philadelphia). Tunduk kepada Allah dan dilengkapi dengan kasih-Nya merupakan satu-satunya dasar untuk memiliki kebaikan yang sejati terhadap sesama manusia. Dalam kasih akan saudara-saudara, orang Kristen harus mengusahakan kasih akan semua orang (Yunani, agape, "kasih ilahi" seperti di I Kor. 13). Adalah tidak benar untuk menggambarkan semua kebajikan tersebut secara terpisah dan menganggap hal-hal itu hanya dapat dicapai menurut urutan yang dikemukakan. Penyajian hal-hal tersebut di sini rupanya untuk melihat urutan dari kebajikan yang lebih mendasar kepada yang lebih berkembang, tetapi semua kebajikan merupakan aspek dari karya Roh di dalam kehidupan seorang percaya, yaitu aspek-aspek dari kemuliaan Kristus yang tinggal di dalam dirinya. Kristus yang sifat-Nya tampak melalui sifat orang Kristen itu.

ü  Berlawanan dengan apa yang telah di kemukakan, rasul Petrus mengajak saudara seiman dalam Kristus untuk mengusahakan suatu kehidupan dan kelakuan[6], yang bukan hanya merupakan jaminan penuh untuk kedudukannya di dunia sekarang ini, tapi juga memungkinkan mereka denganpasti dan selamat mencapai tujuan mulia yang diharapkan oleh orang kristen.
Dalam pada itu rasul Petrus pada surat 2 Petrus ini mengedepankan sikap prilaku, karakter pribadi dari seorang kristen yang telah lahir baru dalam kenyataan memiliki prilaku yang mencerminkan kepribadian Kristus atas diri orang percaya tersebut. Sekalipun ada godaan yang terjadi di sekitar namun rasul Petrus mendorong untuk tidak putus asa,[7] dan rasul Petrus menganjurkan agar orang Kristen terus berjuang sekalipun dalam ketidak pastian oleh karena pengajaran-pengajaran palsu :
1.    Orang Kristen harus meneruskan apa yang telah mereka mulai dan tidak menyerah kepada godaan untuk berdiam diri. Terdapat kesempatan luas untuk bertumbuh secara rohani di dalam Kristus.
2.    Sekali pun di sekelilingnya banyak sekali pengajaran-pengajaran palsu yang jahat. Para pengajarnya memaksakan kehendaknya itu, dan mereka mengatakan bahwa pengajaranya adalah pengajaran kristen. Namun kehidupan mereka menyimpang dari apa yang di ajarkan Yesus Kristus. Seakan-akan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan istimewa yang memperbolehkan mereka tidak mentaati peraturan, oleh karena itu, mereka mendukung perbuatan seksual secara liar dan melakukan atas nama Kristus! Mereka sudah kehilangan rasa malu, dan tidak lagi peduli siapa yang mereka seret bersama mereka. Karena pada waktu jaman rasul Petrus telah ada kebebasan pergaulan seks di kalangan masyarakat waktu itu. Maka ajaran ini menarik banyak orang yang tidak sungguh-sungguh ingin meninggalkan cara hidup mereka yang lama.
3.    Kelompok lain adalah mereka yang menjadi sangat sinis tentang janji kedatanga Yesus kembali. Tahun-tahuntelah berlalu dan tidak terjadi apa-apa, oleh karena itu mereka mulai meragukan apakah benar hal itu akan terjadi.
Dari apa yang menjadi pokok pikiran yang di utarakan di atas yaitu pada 2 Petrus, utamanya adalah juga merupakan isu-isu Keselamatan yang muncul pada masa orang kristen di zaman rasul Petrus adalah masalah yang tidak berbeda sampai pada era sekarang ini pada gereja modern, namun dengan sedikit perbedaan dengan fersi yang juga modern. Namun inti permasalahannya sama yaitu persoalan keselamatan yang telah bergeser dari pakemnya (standar). Namun demikian kita sebagai Hamba Tuhan dan Pemimipin Umat, Para Praktisi Pendidikan utamanya Pendidikan Teologia, kita tidak boleh putus asa dan harus terus berjuan untuk berketetapan bahwa janji Yesus itu dalam Firman Allah adalah ya dan Amin.
Dan menjadi tanggung jawab pelayan dan Praktisi Pendidikan kristen, harus mampu memperjuangkan agar FirmanNya di genapi, dan tidak akan mungkin Allah akan ingkar akan segala janjiNya, namun demikian untuk mempertahankan Iman Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah satu pekerjaan besar yang harus kita kerjakan bersama sampai benar-benar hal itu menjadi bukti nyata. Umat Tuhan boleh bertahan pada pengharapanNya kepada Yesus yang penuh Kasih dan Anugerah juga Rahmat bagi setiap kehidupan manusia, utamanya adalah anak-anakNya, yang terus berjuang di jalan yang sempit sekalipu, lewat lembah bayang-bayang maut, namun tongkat dan gadaMu menyertai kita.

c. Kesimpulan.
Kita tidak bisa hanya berpangku tangan dalam kenyataan dunia yang semakin tidak karuan ini, kita tidak boleh menjadi hamba Tuhan dan Praktisi Pendidikan yang apatis, masa bodoh, cuek-cuek saja, yang penting berkhotbah, yang penting mengajar, yang penting menginjil, kalau Iman itu di genapi atau tidak, terserah. Hal ini adalah suatu hal yang tidak dapat terjadi bagi pelayan-pelayan dan Praktisi Pendidikan kristen, harus mampu memotivasi umat yang di layani, maupun siswa yang di ajar mengenai berita-berita dari Firman Tuhan yang selama ini  kita geluti setiap waktu.
Demikianlah seharusnya sebagai pelaksana amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, kita harus mendorong umat kristen berketetapan dan berpegang teguh dalam iman kepada Yesus Kristus, dan memiliki harapan yang juga murni untuk kedatangan Tuhan kembali kedalam dunia ini dalam tetap selamat jasmani terlebih rohani kita.

DAFTAR PUSTAKA
1.       Alkitab, Terjemahan Baru, L.A.I, 2004.
2.    New Topik, Wika Media, Goegle, Literatur.
3.    Sabda Web, Literatur Alkitab, Goegle, 2010.
4.    Alkitab Penuntun, Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, Malang 1994, hal 2094.
5.    Tafsir Alkitab Masa Kini 3, Yayasan Bina Kasih, Jakarta, 1986, hal 847.
6.    Jonh Balchin dan kawan, Intisari Alkitab, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2006, hal 125.





[1] New Topik, Wika Media, Goegle, Literatur.
[2] Sabda Web, Literatur Alkitab, Goegle, 2010.
[3] Alkitab Penuntun, Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, Malang 1994, hal 2094.

[4] Tafsir Alkitab Masa Kini 3, Yayasan Bina Kasih, Jakarta, 1986, hal 847.
[5] Sabda Web, Literatur Alkitab, Goegle, 2010.
[6] Ibid, Tafsir Alkitab,hal 875.
[7] Jonh Balchin dan kawan, Intisari Alkitab, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2006, hal 125.

SEJARAH GPdI- Jemaat "Anugrah" Gondang-Nganjuk



P E N D A H U L U A N

Dilatar belakangi oleh Alkitab merupakan Firman Allah yang sesungguhnya dan tidak dapat disangkal lagi, adalah Ya.. dan Amin. Adanya, maka Alkitab juga merupakan sumber dari segala disiplin Ilmu, dan menjadi sumber sejarah yang paling kongkrit dan dibuktikan oleh kebenaran dan kedasatan Tuhan kita Yesus Kristus.
Maka perlunya penulis sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia jemaat “Anugrah” Gondang ini merupakan sebagaian kecil dari tonggak sejarah perkembangan pekerjaan Tuhan di dunia ini pada umumnya dan secara khusus merupakan bagian pekerjaan Tuhan di Indonesia.
Tidak lepas dari kenyataan yang terjadi pada pekerjaan Tuhan  Yesus Kristus di kabupaten Nganjuk dan sekitarnya pada masa-masa tahun 60-an atau 70-an, karena gejolak yang terjadi pada bangsa Indonesia, pada peristiwa G 30 S yang terjadi, maka banyak warga masyarakat yang mencari jati diri secara keimanan / ke agamaan atau pada tujuan-tujuan tertentu saat itu.
Sekalipun demikian keadaan pada saat itu Gereja tidak menutup diri sebagai Institusi Religi (wadah umat percaya), berperan aktif bagi masyarakat yang terjepit dalam situasi yang tidak menentu akibat dari in spirasi politik yang kurang baik saat itu. Sehingga banyaknya berdatangan orang yang mencari perlindungan dari inspirasi politik tersebut, kepada yang dianggap aman kerena memiliki satu agama Kristen, sehingga gereja waktu itu merupakan tempat pelarian, tempat perlindungan yang aman bagi orang tertentu. Sekalipun demikian bukan merupakan satu pertobatan yang sesungguhnya, sehingga selesainya peristiwa tersebut hanya tertinggal beberapa keluarga saja yang terus menjadi bagian orang-orang percaya yang terus setia kepada Tuhan.
Lepas daripada itu, yang merupakan pengaruh terbesar dari terhambatnya perkembangan pelayanan pekerjaan Tuhan di GPdI Gondang dikarenakan seringnya terjadi pergantian pendeta yang melayani di tempat ini, sampai tahun 2009, telah ada hampir 10 pendeta yang pernah tinggal dan melayani. Di samping juga kejatuhan dan karekter pelayan-pelayan ini sangat mempengaruhi.
Namun demikian penulis sangat optimis bahwa satu saat pelayanan pekerjaan Tuhan di Gereja Patekosta di Indonesia Jemaat ”ANUGRAH”  Gondang akan diberkati Tuhan Yesus Kristus dengan jiwa-jiwa yang terus bertambah-tambah dan matang dalam kerohanian. Amin.

1.1  Alasan penulisan sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia”ANUGRAH”
 Gondang.

Sebagaimana telah tertera pada prakata dan pendahuluan diatas bahwasanya penulis selain memenuhi kewajiban dari tugas akademik, penulis berkerinduan agar semakin dikenalnya pelayanan Tuhan di kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk ini melalui penulisan sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia ”ANUGRAH” Gondang ini, selain daripada itu juga merupakan prasati yang nantinya akan bermanfaat bagi kemajuan pelayanan Tuhan kedepan.
Secara umum tujuan dari perlunya penulisan sejarah gereja ini adalah menjadi tolok ukur dari pada setiap keberhasilan dari amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Matius 28:19-20) yang telah dilaksanakan oleh orang-orang percaya Yesus dan para hamba Tuhan yang melayani, dan bagian dari bukti bagi masyarakat Indonesia pada umumnya melaksanakan dasar Negara yaitu PANCASILA dan UUD ’45 dalam bentuk nyata yaitu kerukunan antar umat beragama.
Secara khusus penulisan sejarah GpdI ”ANUGRAH” Godang adalah merupakan alat sederhana untuk mengingat jemaat dan para hamba Tuhan untuk mengoreksi dan memperbaiki pengalamannya di waktu lampau menjadi soko guru yang baik untuk memperbaiki pelayanan dan pengiringannya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan dari hukuman dosa di akibatkan oleh kita yang telah berbuat dosa.
Keberadaan dari penuliasa sejarah Gereja ini di harapkan mampu menjadi inspirasi atas penulisa-penulisa sejarah yang lain dan menjadi sumber dan bukti dari pelayan-pelayan Tuhan yang telah lalu atau yang terdahulu, agar menteladani atas kegigihan dan keberhasilannya di ladang Tuhan, dan menjadikan motifasi/pendorong semangat pada era kita sekarang ini.

1.2  Tujuan penulisan
Ingin tercapainya satu keselarasan antara bukti yang nyata sekarang ini dengan keadaan sebelumnya pada GpdI ”ANUGRAH” Gondang, juga yang melatar belakangi kembang-kempisnya pelayanan pekerjaan Tuhan yang ada di kecamatan gondang dan sekitarnya.
Selain daripada itu adalah supaya menjadikan satu peringatan dan pegangan yang kokoh bagi kelanjutan pelayanan pekerjaan Tuhan seterusnya. Bukti sejarah dari peristiwa yang telah terjadi di gereja Tuhan pada umumnya dan GpdI secara khusus.
Memudahakan untuk mengingat-ingat akan kasih pemeliharaan Tuhan Yesus Kristus pada umat-Nya dan hamba-Nya di waktu-waktu yang lampau sampai sekarang Tuhan Yesus terus menolong dan memberkati kita, agar kita bisa mengucap syukur dan berterima kasih atas segala yang telah terjadi pada gereja Tuhan, baik itu yang menyenangkan atau penderitaan yang Tuhan juga telah ijinkan bagi kita.     














BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA
GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA
Jemaat ”ANUGRAH” Gondang – Nganjuk

Sekalipun tidak di kota keberadaan Gereja Pantekosta di Indonesia ”Anugrah” Gondang cukuplah baik untuk disampaikan sehingga dapat memberikan gambaran jelas, dalam memperhatikan sejarah gereja tersebut. Demikian akan di jelaskan lebih terperinci pada sub bab yang ada di bagian penulisan ini, sehingga kondisi-kondisi apa yang nantinya diberikan sebagai solusi dari pembaca dan pemerhati ats tulisan yang disajikan penulis pada kesempatan yang lain.
Dan tentunyasolusi itu akan mendorong untuk pelayanan pekerjaan Tuhan di daerah ini dan sekitarnya, memiliki dampak positif dan efektif juga luwes pada masyarakat di sekitarnya, untuk menjangkau jiwa-jiwa baru buat Tuhan Yesus Kristus.

2.1 Letak Geografis Gereja Pantekosta di Indonesia ”Anugrah” Gondang-
      Nganjuk.

Secara spesifik letak tepatnya Gereja Pantekosta di Indonesia ”Anugrah” Gondang adalah masuk pada wilayah Rukun Warga 04 (RW-04) Rukun Tetangga (RT-03) Desa Gondangkulon, Jl.Bambang Yuwono 3, Tlp.0358-611489, Tromol Pos 5 (Kode Pos 64451) Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk.
Dikarekan wilayah kecamatan Gondang berada pada : 111,45’ – 112,13’ Bujur Timur, 7,20’ – 7,50’ Lintang Selatan, wlayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 85 meter dari permukaan laut, sehingga merupakan daerah tadah hujan / kering, dengan kondisi wilayah yang di kelilingi hujan jati dan perbukitan yang mengandung kapur tinggi.[1]
Gereja GpdI ”Anugrah” Gondang sendiri berada pada kurang lebih 1 km dari pendopo kecamatan ke arah barat-utara (lihat lembaran daerah wilayah gondang), diapit dua sekolahan yaitu : SD Negeri Gondang 1 dan SMA PGRI  Gondang, posisi gedung gereja sedikit masuk disalah astu gang kecil, terdiri dari satu gedung gereja semi permanen dan juga rumah pastori yang menempel pada gedung gereja, juga merupakan bangunan yang sangat sederhana.
Keadaan lingkungan masyarakat sangat baik dan kondusif, sekalipun merupakan masyarakat yang rata-rata berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah (sederhana), mereka sangat menghormati dan menghargai keberadaan rumah ibadah orang Kristen disitu, bahkan ada toleransi yang cukup tinggi buat umat-umat Tuhan Yesus Amin..!.

2.2 Kondisi Keberadaan Jemaat Tuhan yang ada.
Dikarenakan keberadaan gereja GpdI Anugrah Gondang disatu wilayah yang boleh dikatakan mines atau pendapatan rata-rata penduduk adalah minim, maka keadaan ini juga mempengaruhi keadaan jemaat / anak-anak Tuhan disini, dalam pengertian bisa dibilang belum masuk kategori cukup (pra sejahtera), namun kita lihat dari beberapa sudut keberadaan jemaat di bawah ini :
a.       Dilihat dari latar belakang pendidikan.
Hampir 75% jemaat Tuhan gereja GpdI Anugrah Gondang berlatar belakang pendidikan sekolah dasar, 15% sekolah menengah pertama (SMP) dan berikutnya  7% sekolah menengah atas (SMA), 3% adalah perguruan tinggi / akademi.

b.      Dari latar belakang ekonomi & Pekerjaan.
Dari kurang lebih 20 keluarga, yang berjemaat pada gereja GpdI Anugrah merupakan petani / buruh tani, dan selebihnya berusaha mebel rumahan yang kemampuan suberdaya nya sangat rendah oleh keadaan situasi dan kondisi yang ada, ekonomi sangatlah sederhana dan boleh dibilang pas-pasan hanya untuk makan, papan, pakaian. Untuk menyimpan sebagaian dari nafkah sangat sulit dilakukan, karena kebanyakan disertai dengan banyaknya anak juga kebutuhan hidupnya. Sekalipun demikian karena boleh dikata, mereka adalah jemaat yang taat dan tekun, mereka tidak kekurangan dan bahkan mereka melayani Tuhan dengan setia, sampai melakukan korban buat keperluan kebutuhan gereja dari berkat yang mereka terima dari Tuhan Yesus yang mencukupkan, sebagaimana Firman Allah yang mereka imani terjadi pada hidup mereka semua, Haleluyah...!.  

c.Latar belakang usia jemaat.
Melihat keberadaan usia jemaat Tuhan yang berada di Gereja pantekosta di Indonesia Gondang juga merupakan bagian penting  untuk penulis sampaikan kepada pembaca, rata-rata atau bagian yang terbesar dari anak-anak Tuhan yang berjemaat disini adalah berusia di atas 55 tahun keatas (75%), keluarga Muda (10%) kaum muda /remaja (5%), usia balita (1,5%), kondisi ini disebabkan oleh karena usia jemaat yang banyak tidak prodoktif di karena usia yang sudah tua dan kurangnya pemenangan jiwa pada generasi yang lebih muda, biarlah ini menjadi beban doa bagi pembaca untuk mendukung dalam doa bagi gereja Pantekosta di Indonesia Gondang – Nganjuk ini.
Aspek yang lain ialah, karena terjadinya urbanisasi anak-anak muda dari desa ke kota, disebabkan alasan pindah untuk berstudy, bekerja, sampai karena pernikahan (suami / istri adalah orang kota), inilah alasan yang umum yang sampai saat ini sulit cara pemecahannya.
Demikian pun penulis tidak patah semangat, untuk mencari jalan keluar untuk persoalan pelayanan di desa adalah kita harus mendekatkan diri pada pimpinan Agung kita yaitu Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus juga Firman Allah.

d.      Para Hamba-hamba Tuhan yang pernah melani pada Gereja Pantekosta di Indonesia ”Anugrah” Gondang-Nganjuk.
Entah apa yang melatar belakangi keadaan pergantian pelayan yang melayani pada gereja pantekosta ”Anugrah” ini sampai sekian banyak terjadi pergantian penggembalaan, namun yang pasti Tuhan berkehendak sedemikian rupa, tentulah Tuhan punya maksud yang indah didalamnya.


Gembala-gembala yang telah melayani antara lain :
n  Ibu Pdt.J Cornelia Land ( Sudah Emiritus ) merupakan perintis utama.
n  Pdt.Timotius Sihombing ( sekarang tahun 2009, menjadi ketua wil 3 GpdI – Nganjuk ).
n  Pdt.Timotius Mutadji ( sekarang menjadi Gembala pada GpdI-Keringan – Gondang).
n  Pdt.M Jamroni ( sekarang menjadi gembala GpdI- di daerah Blitar ).
n  Pdt.Paulus Saimun ( sekarang gembala GpdI-Bagorwetan-Sukomoro ).
n  Sdra.Bonar ( sekarang berjemaat di GpdI- Sukomoro ).
n  Pdt. Nuke Patiasina ( sekarang gembala GSJA – di daerah Surabaya ).
n  Sdra. Nussi dari daerah NTT.
n  Sdra. Ratno ( sekarang berjemaat di GpdI – Yosudarso Nganjuk ).
n  Almh Pdt.Yoab Imanuel dari Nganjuk.
n  Pdt.Sulung Widi Sasmita (melayani mulai 1 Mei 1998 sampai saat ini  tahun 2009 ).

Demikian yang penulis bisa sampaikan, barangkali kalau kurang dalam menyebutkan para pelayan, nama-nama atau titel yang tidak tertulis, mohon bisa di maafkan dan menjadikan maklum adanya, Tuhan Yesus memberkati.














BAB III
PERANAN GEREJA  PANTEKOSTA di INDONESIA
JEMAAT ”ANUGRAH”  DENGAN LINGKUNGAN SEKITARNYA

Peranan gereja sangatlah penting pada lingkungan sekitarnya untuk benar-benar menjadi terang dunia itu tidak hanya menjadi selogan saja, tetapi harus mewujudkan  pada komonitas di sekitar dan dari situ akan muncul satu bukti dari keberadaan gereja yang menjadi terang yang sebenarnya.

3.1 Pengaruh Gereja ”Anugrah” Gondang terhadap lingkungan yang ada.

Oleh kasih dan kemurahan Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Kuasa dan Maha Dasyat gereja ”Anugrah” tetap eksis pada bidang pelayanan yaitu terus mau maju untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan kita Yesus Kristus, memenangkan jiwa-jiwa buat DIA, sekalipun banyak tantangan yang harus dihadapi dan tidak ringan untuk dipikul itulah kenyataan itu.
Pada sekitarnya tahun 90-an, karena kondisi masyarakat pada saat itu di lingkungan desa Gondangkulon sangat kurang baik, tepat bersebelahan dengan gedung gereja yang ada sekarang, ada bangunan rumah penduduk yang dipergunakan sebagai semacam tempat persewaan kamar untuk berbuat ”mesum” (maaf) atau semacam komplek ”prostitusi”, keadaan ini sangatlah mengganggu keberadaan gereja dan masyarakat sekitarnya, namun keberadaan tempat itu tidak pernah jadi perhatian aparat desa setempat, bahkan seakan kebal hokum, karena ada semacam beking dibalik kegiatan asusila tersebut oleh aparat tertentu dan bahkan boleh dikata semakin berkembang, hamper setiap malam disekitar tempat itu ada kegiatan minum mabuk, dan pekerjaan yang meresahkan lingkungan disekitsrnya, perbuatan meresahkan ini terus berlarut-larut dan sangat mengawatirkan masa depan anak-anak di sekitar itu, sehingga sangat perlu gereja bergimul untuk menuntaskan hal tersebut dengan doa dan juga disertai puasa sebagaimana Alkitab katakana, dengan pergumulan yang tidak berkeputusan itulah Tuhan Yesus menjawab doa-doa umat-Nya yang dinaikan sungguh-sungguh, satu waktu keluarga yang mempunyai rumah sewaan tepatnya menantunya, ini mengalami musibah kecelakaan, yaitu saat menantunya ini mengendarai truk menabrak dua mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi suasta di Surabaya yang saat itu dalam rangka “KKN” atau kuliah kerja lapangan di salah satu desa di Kec.Gondang dan sampai meninggal dunia kedua-duanya dan harus membayar denda yang cukup besar pada polisi dan keluarga yang meninggal tersebut, sehingga rumah mertua nyalah yang dipergunakan tempat “mesum” tersebut harus dijual kepada orang lain, …Amin Tuhan Yesus menjawab doa orang benar, kalau di doakan dengan kesungguhan hati.
Dan saat ini lingkungan tersebut telah menjadi baik dan rumah yang selamaini dipakai untuk persewaan tidak baik tersebut, telah dirobohkan oleh pemilik yang baru karena telah rapuk dimakan usia, dan tanah yang dipergunakan sekarang di jadikan ladang untuk pohon pisang, kiranya kemenangan gereja Tuhan akan mengubah segala yang tidak mungkin menjadai sangat mungkin dan menjadi kenyataan yang digenapkan oleh Tuhan bagi umat-Nya di akhir zaman.
Selain kesaksian diatas gereja, telah mampu mengubah kondisi secara perlahan atas keadaan ekonomi, Budaya, tata lingkungan yang baik, dari keadaan yang kumuh dalam pola kehidupan yang bersih dan baik, hal ini diakibatkan umat jemaat yang datang berbakti setiap jam-jam ibadah, dari penampilan umat Tuhan menjadi contoh orang sekitarnya, kiranya dampak ini terus berlanjut pada jiwa-jiwa masyarakat yang bertobat dan menjadi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

3.2 Peran aktif gereja pada pemerintahan setempat.
Peran GpdI ”ANUGRAH” Gondang dengan pemerintahan Kabupaten Nganjuk, dinyatakan dengan terlibatnya secara langsung gembala jemaat menjadi wakil dari beberapa hamba tuhan di Kecamatan Gondang yang mewakili pada tingkat karesidenan Kediri, sebagai pemuka agama kristen Pantekosta, juga keterlibatan gembala jemaat pada bidang kegiatan yang lain-lain seperti :
-          Musyawarah/dialog intern dan antar umat beragama, ulama/pemimpin
Agama se pembantu Gubernur wilayah III Kediri, pada tgl 23 sampai 26 Juli 2000, di hotel Safari Indah kediri. Dengan bersertifikat no: 451/2638/031/2000.
-          S.K Gubernur Jawa Timur no : 188/236/SK/013/2007, yang memberikan wewenang sebagai juru nikah kristen di Wil.Kab, Nganjuk.
-          Surat keputusan Kepala Sekolah Umum negeri 1 Gondang kabupaten Nganjuk kantor wilayah Depdiknas Propinsi jawa Timur no: 800/003/426.406/212/1998. Terlibat langsung sebagai guru agama Kristen pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Godang.  

Selain keterlibatan secara perorangan dari gembala jemaat, gereja GpdI Anugrah Gondang beserta beberapa sidang jemaat di sekitarnya menjalin kerja sama dengan Muspika Kecamatan Gondang dan Puskesmas juga pihak ansor Gondang di fasilitasi oleh satu yayasan sosial pada bulan Desember 2004, mengadakan pengobatab gratis di gedung KPN Kec. Gondang dan mendapat antusias warga masyarakat dengan baik.
Inilah bentuk-bentuk peranan aktif gereja GpdI-Anugrah Gondang kepada pemerintah yang berwenang dan masyarakat luas pada umumnya juga sekaligus kepada antar umat beragama, ini membuktikan bahwa gereja tidak melayani hanya umat Kristiani, orang-orang seiman saja tetapi sebagaimana Yesus datang kedunia ini bukan hanya untuk orang percaya saja tetapi bagi seluruh umat manusia yang mau percaya kepada-Nya.     







     






BAB  IV

P E N U T U P


4.1 Kesimpulan.


Oleh hikmat dari Roh Kudus, yang menjadi motifator penulis dalam penulisan  Sejarah Gereja Patekosta di Indonesia Jemaat ”ANUGRAH” Gondang-Nganjuk. Yang sekalipun di bawah standard penulisan yang benar, bagi satu karya tulis profesional, namun paling tidak telah berusaha menyajikan satu bentuk kenyataan yang dialami satu gereja Tuhan dalam kiprahnya sebagai bagian tubuh Tuhan Yesus Kristus di muka bumi ini untuk memasyurkan pekerjaan-Nya.

Pada kesimpulannya adalah, bahwa yang perlu kita pegang teguh dalam mengarungi bahtera kehidupan pelayanan di dunia ini ialah, penulis mengharapkan tetap dekat dengan yang empunya mandat pelayanan yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan Roh kudus yang akan terus menjadi penopang yang paling utama dalam kehidupan pelayanan kita semua.

Sekaligus tidak boleh dilupakan manakala Tuhan Yesus Kristus ijinkan kita berhasil  dalam pelayanan, kita harus kembalikan kepada-Nya karena Daialah yang memiliki hak penuh untuk dimuliakan (Roma 11:36). 
























D A F T A R  P U S T A K A


n  Dinas Pendidikan dan Olahraga Nasional (DIKPORA) Kabupaten Nganjuk, Lembar SK Tahunan, SMA Negeri 1, Gondang-Nganjuk Jawa Timur, 1998.
n  Sumarjana, Ahmad, Surat Keputusan GTT, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gondang, 1998.
n  Soetejo, SK GTT, SMAN 1 Gondang, 2005.
n  Gubernur Propinsi Jawa Timur, SK Petugas PP3 (Pembantu Pencatat Pernikahan, Departemen Agama Prop Jatim, 1999.
n  Wakil Gubernur Jatim ur.Sosial, Surat Tanda Peserta Seminar, Muspida Prop Jawa Timur, Kediri, 2000.
n  Bimas Kristen Jawa Timur Departemen Agama, SK Melaksanakan Ibadah, Surabaya, 1976.
n  Fauzi Arif, Drs,Sekertaris Camat Gondang,Statistik Kecamatan Gondang, Nganjuk, 2000, hal….



[1] Fauzi Arif, Drs.,Statistik Kecamatan Gondang, Nganjuk, 2000, hal….

POLA KEPEMIMPINAN YANG SENTRALISTIK


POLA KEPEMIMPINAN YANG SENTRALISTIK
DAN MENEJEMEN YANG TERTUTUP
PADA GEREJA MODERN

1.    Latar Belakang.
Entah siapa yang memulai dan mengesahkan, seakan-akan telah mengakar dan menjadi suatu tradisi yang tidak dapat di elakan bahkan seakan telah mendarah daging pada setiap gereja yang mewarisi situasi dan keadaan ini. Entah itu suatu denominasi besar atau denominasi yang masih dalam tarap perintisan, pokonya dalam lingkungan denominasi / aliran gereja tertentu ini sangatlah kental dan melekat seakan-akan menjadikan kebiasaan yang sepertinya diwarisi dan dilestarikan untuk terus dijalankan.
 Semoga menjadi bahan pemikiran dan perenungan dan bahkan menjadikan pergumulan dalam Doa, agar kiranya para Hamba-hamba Tuhan yang notabene adalah golongan generasi muda pada gereja-gereja tertentu ini, akan menyadari bahwa pelayanan pekerjaan Tuhan Yesus Kristus yang ada di muka bumi ini bukanlah perusahaan yang sifatnya harus di kelola oleh keluarga kerajaan yang sifatnya keturunan dan harus di teruskan oleh keturunan berikutnya. Sehingga cara-cara yang “Sentralistik” yang kekuasaanya hanya terpusat kepada satu keturunan dan juga dapat di kembangkan pola-pola ; Administrasi, Keuangan, dan hal-hal yang lain kaitannya dengan urusan gereja dan diperdayakan secara demokratis dan transparan terbuka dan jujur, demi kemajuan pekerjaan Tuhan Yesus di dalam Dunia ini. Semoga harapan penulis akan perubahan dan pembaharuan dari cara-cara lama yang condong dapat “Mengkultus Individukan”  seseorang akan dapat diminimalis dan akan semakin terbuka akan kepemimpinan yang sentral, juga adanya keterbukaan akan menejemen Administrasi, keuangan dan hal-hal lain denga cara yang lebih terbuka dan jujur.
Dalam Firman Tuhan dikatakan dalam, Surat Roma 7:6b. .. sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.[1] Pada ayat diatas telah dengan jelas pada kita bahwa pelayanan harus memiliki dasar yang kuat dan benar, bahwa pola pelayanan baru tidak harus semuanya benar demikian juga pola pelayanan yang lama belum tentu salah, namun bagaimana kita harus dasari cara pelayanan yang sesuai Sabda Allah yang menjadi tolok ukur dalam setiap pekerjaan Tuhan yang di berikan tanggung jawab pada setiap Hamba-hamba-Nya.



2.    POLA KEPEMIMPINAN  SENTRALISTIK.

Entah dimulai dari Tahun berapa  cara-cara pemimpin gereja Pentakosta dengan menggunakan model kepemimpinan sentral/terpusat pada satu figur pimpinan pusat atau gembala sidang jemaat. Hal ini berkembang dimungkinkan karena adanya kondisi yang ada pada saat pertama pekabaran Injil yang disampaikan oleh kedua keluarga yaitu Richard Van Klaveren dan Istri ; Cornelius E. Croesbeek dengan Istri beserta 2 putrinya, Yennie dan Corri.[2]  Kedua keluarga yang berkewarga negaraan Belanda, namun berdomisili di Seatle Amerika ini merupakan utusan Injil dari gereja Bethel Temple Meting di tepi Green Lake Seatle. Dikarenakan yang menyampaikan misi adalah perseorangan dan bukan merupakan Badan Misi atau organisasi Misi, maka perkembangan pelayanan ini cenderung mengidolakan figur pribadi Penginjilnya secara pribadi, dan bahkan condong mengkultus individukan lebih dari pada pahlawan-pahlawan iman yang tertulis dalam Alkitab. Inilah munkin yang menjadi latar belakang terjadinya setralistik kepemimpinan pada gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik pada umumnya, dan masih terus di pertahankan sampai sekarang ini. Bahkan mungkin telah menjadi suatu ketetapan yang di ikuti oleh banyak gereja yang beraliran ini, apalagi dalam Anggaran Dasar / Rumah Tangga GPdI pada BAB-IV (Keanggotaan Gereja)  Pasal 13 Ayat 1 Alia c, menyatakan  bahwa untuk menjadi anggota gereja pada salah satu gereja Pantekosta di Indonesia adalah “mereka yang mendaftar pada Gembala Sidang”.[3] Inilah barangkali yang diterapkan oleh pemimpin-pemimpin gereja maupun majelis gereja bahkan menjadi pemahaman umat pantekosta, yaitu menjadikan pemimpin gereja lokal ataupun organisasi Sinode menjadi segala-galanya. Hal inilah  merupakan kelemahan yang kurang disadari oleh gereja kami, sehingga amat penting segera di benahi dengan segera, agar tidak menjadi perkembangan gereja yang menganut dogtrin pantekosta atau karismatik.
Marilah kita sebagai pemimpin umat, semakin terbukan dan transparan dalam segala lini pelayanan kita dan tidak tersentral dan condong otoriter dalam pola kepemimpinan kita, sehingga pemimpin dapat dengan cepat mengetahui kelemahan dan kekurangan model kepemimpinan kita, sehingga tercapai pola kepimpinan yang demokratis, terbuka dan jujur, demi kemajuan pelayanan Pekerjaan Tuhan Yesus Kristus di Dunia ini.



3.    MENEJEMEN YANG TERTUTUP.

Sekali lagi inilah gaya dan pengaruh kepemimpinan yang sentralistik, berdampak juga pada pola menejemen yang tertutup, terutama pada hal-hal keuangan dan administrasi terkait lainnya. Sehingga hal ini cukup besar andilnya mempengaruhi terjadinya model menejemen yang carut-marut, bahkan terkesan tidak tertangani secara profisional pada gereja yang menganut aliran pentakosta dan karismatik terutama di Indonesia. Bahkan adanya kesenjangan kemampuan secara “Finansial” pada gereja-gereja lokal tertentu sangatlah mencolok, bahkan berakibat fatal terjadi persengketaan dan bahkan perpecahan akan sangat mungkin terjadi, baik pada gereja  tingkatan lokal maupun dapat mengerucut sampai pada tataran pimpinan sinode gereja. Hal ini nyata terjadi, perpecahan pada gereja kami GPdI yang terpecah menjadi berbagai-bagai aliran baru. Demikian perkembangan aliran Pantekosta masuk pada Negara Indonesia ini, terjadi pemisahan-pemisahan yang di mungkinkan akibat pengaruh menejemen yang tidak terbuka atau transparan, sehingga kurun waktu Tahun 1931 samapai Tahun 1966, aliran pantekosta ini terpecah-pecah menjadi sekian aliran baru, diantaranya ; di awali dari Gereja Gerakan Pantekosta, Gerakan Pantekosta Sumatra Utara, Gereja Isa Almasih (Pdt.Tan Hok Tjwan) Th.1957, Gereja Bethel Injil Sepenuh (Pdt. F.G van Gessel) Th.1952, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya-GPPS (Pdt.Isak Lew) Th.1959, Gereja Pantekosta Indonesia Sumatra Utara (Pdt.Karel Sianturi) Th.1966.[4] Persoalan-persoalan yang timbul pada masalah perpecahan ini kebanyakan di akibatkan tidak transparansi menejemen kepemimpinan dan keuangan gereja, hal yang sama ini terus berlangsung bahkan sampai sekarang ini, sehingga tidak kalah rumitnya untuk dapat di atasi, seperti yang terjadi saat pioner-pioner gereja pantekosta ini memimpin. Mereka berpedoman bahwa kepemimpinan gereja harus seutuhnya apa yang di katakan Alkitab, tidak boleh ada “campur tangan cara-cara dunia”, entah apa yang di maksud dengan cara dunia’ mungkin adalah pola menejerial atau metode kepemimpinan yang seutuhnya yang di tulis dalam Alkitab, secara pribadi saya sebagai penulis makalah ini “Tidak setuju”, sebab Tuhan memberi Firman-Nya, namun kita sebagai Hamba-hamba Tuhan dan Pemimpin Umat kita juga diberikan Hikmat dan Karunia yang tidak kalah pentingnya untuk di gunakan memimpin umat yang di percayakan Allah kepada kita.




4.    KONDISI GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA SEKARANG.

Tidak lagi dapat di pungkiri bahwa akibat dari terjadinya persoalan dan masalah seperti yang telah diuraikan di atas yaitu, diantaranya akibat tidak transparannya menejemen gereja serta keuangan dan juga sentralistik kepemimpinan yang tidak terbuka dan demokratis inilah penyumbang terbesar terjadinya persoalan perpecahan gereja dan hancurnya persatuan yang ada, yang juga menjadi harapan Rasul Paulus juga pada gereja mula-mula diantaranya di Kota Korintus yang menjadi sentra pelayanannya. Demikian halnya yang sedang di alami gereja yang memiliki dogtrin karismatik dan pantekosta, berdasar tulisan literatur yang telah di muat di Internet, dalam akun ‘Facebook’ yang mencoba menawarkan sebuah buku yang di tulis oleh pemimpin muda gereja Pantekosta, diberi judul “Kobarkan Lagi Api Pantekosta” di tulis oleh Pdt.James Pangau, buku ini mengungkapkan beberapa kenyataan-kenyataan yang terjadi pada khususnya gereja pantekosta di Indonesia (GPdI). [5] bahwa gereja  yang memiliki falsafah unik, yaitu ‘dimana ada BRI di situ ada GPdI ‘ artinya bahwa gereja lokal ini sangat tersebar dimana-mana bahkan sampai pelosok desa-desa terpencil sekali ada gereja ini, mungkin inilah yang menjadi kebanggaan sebagaian dari para pimpinan yang ada, sehingga pada kenyataan berdasar apa yang di tulis pada buku ini, oleh seorang gembala sidang gereja pantekosta di Indonesia, hal itu sendiri adalah sangat mencengankan, yaitu bahwa gereja dengan pola penginjilannya yang memakai metode hingar-bingarnya “KKR” yang di lakukan di gedung-gedung mewah, sampai pada lapangan-lapangan terbuka yang di hadiri ribuan dan bahkan jutaan umat, ternyata dalam hitungan, yang secara resmi di percaya oleh gereja-gereja di Indonesia adalah “Gereja Top Ten 2010”, GPdI berada di posisi ke-6 dengan jumlah anggota 900.000 jiwa, sedangkan GBI berada di posisi ke-4 dengan jumlah anggota 2.245.893 jiwa, benarkah telah terjadi exodus di GPdI? Mengapa Katolik yang melakukan "Silent Evangelism" menduduki posisi I dalam Gereja Top Ten dengan jumlah anggota 6 juta jiwa lebih.
Hal di atas adalah merupakan realita yang terjadi pada gereja kami, sehingga perlunya penataan kedalam yang harusnya terjadi perubahan yang tidak saja metode /cara dalam pencapaian target Goal atau juga sasaran program gereja lokal ke dalam, namun juga tidak kalah pentingnya adalah System yang menjadi pengaruh dan andil besar dalam organisasi gereja yang membawahi cara kerja gereja lokal tersebut. Perlunya perombakan secara dalam tidak juga hanya gereja lokal dan system saja, namun peran “SDM” atau sumber daya manusianya amat terlebih mumpuni pada bidangnya secara propesional dan telah maju.

5.    KESIMPULAN.

Dengan demikian kalau kita memahami tulisan yang coba telah kami uraikan di atas, kelemahan-kelemahan pada utamanya gereja yang berdasar atas dogtrin karismatik atau pantekosta adalah; lemahnya pola kepemimpinan yang telah mengakar dari awal gereja ini berkembang yaitu pola yang terpusat pada pucuk pimpinan (stiek holder) sehingga mempengaruhi cara kerja pendeta-pendeta dan diaken-diaken yang bekerja pada sinode gereja ini, yaitu denga cara kerja yang sertralistik / terpusat dan tidak demokratis yang terpimpin, hal ini mengakibatkan terhambatnya perkembangan kualitas dan kuwantitas gereja dan hanya bertahan pada posisi “staknasi” atau diam di tempat, kesempatan alih generasi pun akan tidak dapat berjalan, di karenakan harus tetap terpusat pada pimpinan yang itu-itu saja sampai puluhan Tahun, sampai menunggu Tuhan panggil baru dapat di gantikan.
Transparansi yang tidak dapat di tunjukan pada aliran gereja inipun juga memiliki andil yang tidak kecil dalam pengaturan aset gereja dan harta gereja, sehingga seringkali juga menjadi sumber persoalan yang tidak kalah rumit. Dalam segi kuangan dan aset gereja misalnya, terjadi ke ganjilan-keganjilan yang tidak terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, dengan dalih perintah Firman Allah yang mewajibkan Persepuluhan adalah milik Allah, mendesak umat Tuhan untuk menjalankan dengan sungguh-sungguh dan seakan ada interfesi tatkala tidak dilakukan umat, namun pengelolaan dari hasil persepuluhan yang di serahkan kepada gereja acapkali tidak di pertanggung jawabkan dengan terbuka dan dengan jujur penggunaannya. Inilah juga yang perlu di benahi dengan sejujur-jujurnya agar gereja mendapatkan kepercayaan dari umat dan Tuhan pasti memberkati gereja yang berlaku jujur. Menejerial yang jujur dan trasparan adalah modal utama yang paling besar yang harus dimiliki gereja di akhir zaman, sebab dengan tidak adanya kejujuran mana mungkin gereja dapat melaksanakan fungsinya menjalankan Amanat Agung Tuhan Kita Yesus Kristus. Marilah kita sebagai gereja Tuhan yang ada pada era akhir zaman ini berbenah diri atas kekurangan dan kelemahan di dalamnya, sehingga apabila Tuhan Yesus Kristus datang kembali ke dalam Dunia ini, kita di dapati oleh-Nya dalam Iman yang teguh dan kita layakmenjadi pewaris Kerajaan Surga Amin..!.


[1] Alkitab, Terjemahan Baru, Bahasa Indonesia, 2004.
[2] Karunia Djaja, Theopilus, Sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia, Badan Literatur GPdI, Semarang, 1993, hal 13.
[3] Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, Gereja Pantekosta di Indonesia, BAB IV Keanggotaan Gereja, Pasal 13 Ayat 1 Alinia c, Jakarta, Tahun 2000, hal 18.
[4] Ibid, Karunia Tdjaja, Theofilus, halaman 37.
[5] James Pangau, Literatur GPdI Cianjur, STT GPdI-Cianjur, 2011 hal utama.